04 October 2010

TERNYATA AKU (bukan) GURU HEBAT

20 tahun saya menjadi guru di suatu sekolah negeri. Banyak sekali yang saya peroleh dalam kurun waktu yang tak pendek itu. Selain finansial (seberapapun yang kata orang gaji seorang guru PNS itu rendah, tetapi jika dikumpulkan selama 20 tahun, bagi saya itu merupakan jumlah yang  besar), relasi, juga hal-hal lainnya lagi, baik  yang berkait langsung dan mendukung perbaikan profesionalitas saya sebagai guru, maupun  yang sifatnya memperkaya nilai pribadi saya.
Dari hal-hal yang mendukung profesionalitas saya sebagai guru adalah beberapa kesempatan yang saya terima untuk mengikuti diklat ataupun workshop. Untuk mengikuti kegiatan-kegiatan itu tak jarang saya harus meninggalkan keluarga dalam waktu yang relatif lama (yang terlama 2 bulan), karena kegiatan diadakan di luar kota. Atau, meskipun kegiatan itu diadakan di dalam kota, tetapi karena diadakan selama beberapa hari dengan banyak tugas pendukungnya, seringkali tugas rumahpun tak tertangani sebagaimana mestinya. Hanya karena pengertian yang besar dari seluruh anggota keluargalah semuanya tetap berjalan. Dan itu terjadi karena ada kesadaran bersama, bahwa itu semua saya ikuti semata-mata agar saya menjadi guru yang lebih berkualitas, sebagaimana diharapkan oleh sang pemberi tugas, yaitu atasan saya, ataupun atasannya atasan saya. (Bingung?)

Dalam waktu satu tahun terakhir ini, sudah tiga kali saya mengikuti kegiatan diklat dan workshop itu. Semuanya tentang hal yang sama yaitu tentang kurikulum. Atau lebih tepatnya tentang RPP. Apa itu RPP semua guru di seantero nusantara pasti tahu, dan apa fungsinyapun juga tahu. Begitupun cara membuat RPP itu, hampir bisa dipastikan jika ditanyakan, semua guru akan menjawab tahu caranya, dan bisa, bahkan sudah membuat RPP sesuai dengan mata pelajaran yang diampu masing-masing.

Begitupun saya. Sejak kurikulum baru, yaitu KTSP diterapkan tahun 2006 yang lalu, saya sudah berusaha membuat RPP itu. Dan sayapun sama seperti guru-guru yang lain, merasa yakin RPP saya sudah baik, sudah sesuai standar. Tapi, sungguh memalukan ! Dari tiga kali kegiatan penyusunan dan pengembangan kurikulum yang saya ikuti itu, tak satupun RPP yang saya buat sesuai dengan standar yang diterapkan dalam masing-masing kegiatan itu. Ketika RPP yang saya buat tidak sesuai dengan RPP standar workshop Desember 2009 itu saya masih antusias memperbaiki. Apalagi di situ mesti ditampilkan life skill yang bisa dicapai siswa setelah melalui satu proses pembelajaran. Bukan main !

Begitu banyak kesibukan berjalan, tanpa terasa awal tahun ajaran 2010/2011 datang. Kembali saya mendapat tugas untuk mengikuti workshop pengembangan RPP. Muncullah RPP versi baru lagi. Dalam RPP versi baru itu mesti disisipi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, dan ekonomi kreatif. Alamaaak.... Itu life skill belum lagi diterapkan, sudah muncul nilai-nilai baru yang menggantikan, yang dengan sendirinya mengubah pula RPP yang mesti saya buat. Tak pelak teman-teman sayapun mesti menyusun RPP dengan versi yang baru itu setelah diadakan sosialisasi di sekolah.

Belum genap tiga bulan sosialisasi itu berlalu, saya mendapat tugas untuk mengikuti acara yang sama lagi, yaitu diklat pengembangan kurikulum. Dalam kegiatan tersebut lagi-lagi ada materi adalah pengembangan RPP. Meski tak ada nilai baru lagi yang mesti disisipkan dalam RPP, tetapi pemahaman saya tentang penyusunan RPP dengan segala nilai-nilai yang termuat di dalamnya, sungguh, jauh dari kriteria benar menurut pemandu materi saat itu. Sehingga dalam forum itu saya benar-benar menjadi peserta  yang sangat baik (ini penghalus bahasa saja, supaya saya tidak menilai diri saya bodoh. Ha ha ha...), karena saya selalu merasa perlu mengkonsultasikan RPP karya saya, dan hampir bisa dipastikan ada yang salah ! Wah....
Dan sejak saat itu saya menjadi semakin sadar bahwa saya ternyata selalu saja bingung dengan hal baru, yang berarti tak ada kehebatan apapun yang layak saya banggakan atas diri saya, dan oleh karena itu saya mesti terus belajar, meski untuk menyusun RPP itu. Karena ternyata setiap pemandu penyusunan RPP memiliki versi yang berbeda satu dengan yang lain, dan masing-masing mengatakan versinya adalah yang benar. Dan saya ? Tetap tak tahu, manakah versi yang sesunggunhnya benar, sehingga untuk  mudahnya di laptop saya setiap RPP saya namai saja dengan nama pemandunya.....

No comments:

Post a Comment