14 July 2010

MENCLA - MENCLE

Masyarakat Jawa memiliki banyak sekali idiomatik dalam berkomunikasi. Misalkan wira-wiri, dapat dimaknai sebagai bentuk pernyataan dari perjalanan berulang-ulang dari sebuah obyek dalam suatu rute.

Idiom lain yang sudah digunakan secara luas adalah ngalor-ngidul. Ngalor dengan kata dasar 'lor' yang berarti utara. Begitu kata lor diberi awalan 'ng' sehingga menjadi kata ngalor'berubah makna menjadi ke utara. Demikian pula kata ngidul, bermakna 'ke selatan', karena kidul merupakan kata dasar yang memiliki arti selatan.

Akan tetapi, ketika kedua kata digunakan secara berurutan, yaitu Ngalor-ngidul, akan menjadi suatu idiomatik yang memiliki makna sangat berbeda dari makna semula .  Makna dari 'Ngalor-ngidul' biasa digunakan untuk menyatakan ketidakjelasan isi pembicaraan seseorang atau sekelompok orang dalam satu waktu.

Suatu ketika, dua fihak membuat kesepakatan tentang sesuatu. Tetapi dengan mudahnya salah satu fihak mengubah kesepakatan tanpa permufakatan dengan fihak lain. Untuk situasi seperti inipun, orang Jawa punya idiomatiknya, yaitu mencla-mencle, yang berarti tidak bisa dipegang omongannya. Dan ini bermakna sama dengan idiom Esuk dhele sore tempe (pagi hari masih kedelai ,sore hari sudah berubah menjadi tempe) yang berarti sulitnya memegang omongan seseorang karena ketidakkonsistenan pembicaraan.

No comments:

Post a Comment