04 August 2010

MALU


Hampir dua minggu yang lalu saya mendapat undangan untuk mengikuti Workshop  pengembangan kurikulum. Atau lebih tepatnya, pengintegrasian nilai-nilai karakter dan budaya bangsa serta kewirausahaan  dan ekonomi kreatif dalam pelaksanaan pendidikan disegala jenis dan jenjang.

Ketika itu, dan sampai beberapa saat yang lalu saya merasakan, betapa banyak hal mesti disampaikan oleh seorang guru kepada murid yang diajarnya. Substansi keilmuan yang tidak sederhana dan tidak selalu mudah diterima dengan baik oleh murid, eeee....sekarang diharapkan (apa diharuskan ya,tepatnya?) mengintegrasikan nilai-nilai yang sebenarnya sudah ada dijiwa bangsa Indonesia ke dalam proses pembelajaran.

Disaat hal ini saya diskusikan dengan banyak teman, hampir semua heran dengan pengembangan kurikulum kali ini. Dan ini menurut saya wajar juga, karena toh sebenarnya nillai-nilai yang mesti diintegrasikan itu sudah dilaksanakan oleh guru-guru ketika mengajar. Jadi, mengapa sekarang mesti diadakan acara yang sebenarnya sudah terlaksana?

Eeeh....tapi apa daya saya ini tetap seorang guru, jadi kembali saya menggumulkan hal ini ke dalam benakku yang sudah kusut masai dengan bermacam masalah yang datang silih berganti tak tahu malu. Banyak peristiwa terjadi disekitar kahidupan kita. Menyenangkan, karena hidup terasa lebih berseri tidak jalan ditempat saja. Tetapi walau begitu, ada juga hal-hal yang membuat kita layak untuk mempertanyakan, benarkah nilai-nilai karakter dan budaya bangsa Indonesia , yang konon menurut banyak orang sungguh luhur itu sudah mengalir bersama darah dinadi insan yang mengaku bertanah air Indonesia? Kalau iya, kenapa ada berita di media massa yang begitu mengguncang segala lapisan masyarakat di negeri ini ? Yang artis dengan video hot nya. Yang pejabat dengan pat gulipat dengan pengusaha. Yang pelajar dan mahasiswa dengan tawurannya. Satpol PP dengan keributannya dengan warga biasa. Dan yang lebih menghebohkan adalah tingkah polah sebagian para penghuni gedung besar beratap hijau berbentuk seperti sepasang sayap serangga yang ada di Senayan itu. Iya. Betul. Mereka itu para anggota Dewan Perwakilan Rakyat nan mulia. Yang untuk bisa duduk di sana bukan perkara mudah. Karena selain mesti punya nama, punya pendukung, dan pasti mesti punya dana. Waowww... Sungguh paket mahal !

Tapi, sungguh mengherankan melihat potret sebagian dari mereka di media cetak maupun elektronik. Kursi yang didapat dengan berat itu cuma diduduki sambil membaca koran, atau sibuk dengan telepon genggamnya entah untuk urusan apa, atau bahkan tidur nyenyak ketika mestinya aktif berdiskusi membahas dan mencarikan solusi dari  masalah yang dihadapi rakyat yang sudah mempercayakan urusan kepada mereka. Untuk melaksanakan tugas yang sangat mulia inipun, rakyat tidak lepas tangan begitu saja. Karena toh rakyat juga menggaji mereka lewat pajak yang dibayarkan kepada negara. Jadi, mereka yang ketika sidang itu hadir dan aktif bekerja, hadir, tandatangan presensi tetapi terus pergi entah kemana, hadir tetapi tak peduli dengan apa yang terjadi, ataupun mereka yang tak hadir sama sekali, semuanya sudah menerima dan menikmati fasilitas yang jauh di atas fasilitas yang mampu dinikmati oleh kebanyakan para penggaji mereka. Huuuhhh...
Jadi, mungkin memang cukup beralasan kalau presiden sendiri yang menginstruksikan pengintegrasian nilai-nilai itu tadi dalam pembelajaran di kelas.

2 comments:

  1. I think not only my friends mother who was surprised, I was surprised too. teachers in guiding students should have submitted, as it has become obligations and duties. conclusion of the instructions I have given all the details, because teachers are not trusted and considered incapable. he he he

    ReplyDelete
  2. Wah sdr. TJ.... Thanks ya, udah membaca dan nanggapi. Saya tunggu utk tulisan2 saya yg lainnya, meski tak kutahu dg pasti, who are you, sdr TJ...Mmg sdh layak kalo kita semua terkejut dg tambahan muatan yg mesti kita bawa ke kelas. Tp,bukankah hal yang benar bahwa penguatan karakter2 yg baik itu perlu? Dan kenapa guru diminta berperan utk itu? Krn guru adalah org tua kedua bagi setiap siswa, jd guru mestinya dipercaya dan dinilai mampu utk tugas itu. Ayo semangat cik Gu ....!

    ReplyDelete