13 June 2010

HANYA CINTA

Dua insan jalan beriring di sepanjang pedistrian di pusat pertokoan suatu kota nan indah. Kadang sang pria di depan sambil tak lupa memegang jemari perempuan yang mengikuti dengan langkah kecilnya. Tak jarang si pria mengekor di belakang perempuan yang berjalan lincah sambil mengepit erat tas tangan di sela ketiaknya.

Ketika si perempuan sibuk mengamati, memegang, dan berbincang dengan penjual yang menjaga barang yang menarik hatinya, dengan sabar si pria menunggu di dekatnya dengan diam, meski sebenarnya itu kurang disukainya, sambil tetap memberikan tanggapan manis ketika pasangannya membutuhkan perhatiannya. Begitupun sebaliknya. Ketika sang pria berminat terhadap sesuatu, tak segan si perempuan mendampingi dan memberi perhatian secukupnya.....

Ketika tenggorokan terasa kering, tanpa ragu si perempuan mencari sebotol minuman kemasan ataupun sekantong teh panas, yang dia tahu pasti juga diminati oleh si pria, yang selalu senang berbagi dengan pasangannya.....

Tak banyak yang mereka perbincangkan dalam perjalanan, tapi ketika terucap kata-kata dari keduanya, tersirat pengertian yang begitu mendalam telah terjalin diantara mereka. Ini bukan berarti tak pernah terjadi selisih faham diantara mereka. Itu biasa terjadi selayaknya pasangan lain. Tetapi jika itu terjadi, syukurlah selalu ada kesadaran diantara mereka bahwa hal itu tak perlu diperpanjang lagi.....

Mereka bukan pasangan muda lagi. Kerut merut halus sudah meronai wajah keduanya. Rambut si pria tak tebal indah berombak lagi. Meski helai-helai uban sudah menghiasi kepala , tetapi semangat hidup jelas terpancar dari sorot mata mereka....

Mereka saling menyemangati. Satu sama lain saling berusaha untuk menyenangkan pasangannya. Menghargai apapun yang ada pada pasangannya. Segala lebih dan kurangnya. Bukannya mereka sedang dimabuk asmara, tapi karena memang api cinta sudah begitu lama menghangatkan hati keduanya. Perasaan yang demikian mengingatkan sebuah cerita :

Disuatu pulau kecil tinggallah benda-benda seperti Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kebahagiaan, Kesuksesan, dsb. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan segera menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat segera menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai untuk mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik dan mulai membasahi kaki Cinta.
Tak lama kemudian Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.
“Kekayaan!
Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta.
“Aduh maaf Cinta, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tidak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagi pula tak ada tempat lagi bagimu diperahuku ini.”
Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi.
Cinta sedih sekali.
Kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya.
“Kegembiraan, tolong aku!”, teriak cinta.
Namun Kegembiraan terlalu bergembira menemukan perahu sehingga ia tidak mendengar teriakan Cinta.
Air makin tinggi membasahi sampai ke pinggang dan Cintapun mulai panik.
Tak lama kemudian lewatlah Kecantikan.
”Kecantikan , bawalah aku bersamamu”, teriak Cinta.
“Wah Cinta, kamu basah dan kotor, aku tak bisa membawamu ikut.
Nanti kamu mengotori perahuku ini”, sahut Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya.
Ia mulai menangis terisak-isak.
Saat itulah lewat Kesedihan.
“Oh Kesedihan bawalah aku bersamamu”, kata Cinta.
“Maaf Cinta, aku sedang sedih, dan aku ingin sendirian saja…”, kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.
Cinta sudah mulai putus asa, ia melihat air semakin naik dan akan segera menenggelamkannya.
Pada saat kritis itulah terdengar suara,
“Cinta, mari segera naik perahuku”.
Cinta menoleh ke suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya.
Cepat-cepat ia naik ke perahu itu tepat sebelum air menenggelamkannya.
Di pulau terdekat orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi.
Pada saat itulah Cinta baru sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang telah menyelamatkannya itu.
Cinta segera menanyakan orang tua itu kepada penduduk di pulau.
Siapa sebenarnya orang tua itu.
“Oh, orang tua itu tadi?, dia adalah Waktu,” kata orang-orang tersebut.
“Tapi kenapa ia menyelamatkanku?
Aku tak mengenalnya!
Bahkan teman-teman yang mengenalkupun enggan untuk menolong”, tanya Cinta heran.
Dengan halus dan sederhana satu diantara warga pulau asing itu berkata :
Sebab hanya waktu yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari cinta itu…?"

Ya.............
Hanya cinta dan kasih sayang yang ada dan menjaga kemanisan hubungan mereka meski semua keelokan raga berangsur hilang bersama waktu yang berlalu....

Hanya cinta yang bisa menaklukkan dendam
Hanya kasih sayang tulus yang mampu menyentuh
Hanya cinta yang bisa mendamaikan benci
Hanya kasih sayang tulus
yang mampu menembus ruang dan waktu...
('Hanya Cinta yang Bisa - Agnes Monica ft Titie. DJ)

No comments:

Post a Comment